FILSAFAT
DASAR MANUSIA
Allah
menciptakan manusia terdiri dari tiga unsur; jasad, ruh, nafsiyah . Sebagaimana
dalam surat At Tahrim:66 Allah SWT berfirman “dan (ingatlah) Maryam binti
Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam
rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan)
Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya,
dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.”
dan
Surah al-Mukminun:13-14: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dari suatu saripati (berasal) dari tanah (12). Kemudian Kami jadikan saripati
itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta
Yang Paling Baik”
dan
Surah Al-Imran:191 “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Maka,
ada perbedaan diantara jasmani, ruhani, dan nafsiyah. Ke tiga komponen tersebut
saling melengkapi satu sama lain dengan fungsi masing-masing dan menyatunya ke
tiga komponen tersebut dalam manusia merupakan sebuah kesempurnaan tersendiri.

A.
JASMANI
Setiap orang
punya pandangan tersendiri mengenai pengertian mengenai jasmani, diantaranya :
·
Jasmani adalah suatu sifat yang berada
di luar atau di sebut fisik, biasanya berhubungan dengan apa yg kita butuhkan
dalam kehidupan sehari-hari.
·
Jasmani adalah jasad atau fisik secara
keseluruhan.
·
Jasmani adalah suatu identitasnya manusia dapat
dikenal dari tubuh kasarnya, inilah yang disebut dengan rupa tau (rupa manusia,
yang dikenal dengan istilah jism.
·
Jasmani adalah tubuh, raga, dapat terlihat
secara wujud fisik.
·
Jasmani adalah wujud jasad yang memiliki
kesamaan dengan makhluk lain, tetapi memiliki kesempurnaan berbeda dengan
makhluk lain.
Pada dasarnya jasmani terdiri dari badan
kasar,berupa wujud fisik, sifatnya tergantung pada materi dan memiliki
kecenderungan biologis primitif, dapat hancur atau rusak, tetapi merupakan
unsur penting bagi eksistensi dan wadahnya unsur kehidupan.
Jasmani, menurut al-Farabi, al-Ghazali,dan Ibn
Miskawaih sepakat memiliki bentuk, rupa, berkadar, berwatak kasar dan memiliki
rasa serta dalam bentuk materi. Hal tersebut yang menandakan jasmani tidak
kekal, dapat rusak,dan bernatur buruk karena : merupakan penjara bagi ruh,
mengganggu kesibukan ibadah bagi ruh,dan tidak mencapai ma’rifat kepada Allah
SWT.
Jasmani
juga memerlukan kebutuhan, contohnya seperti makanan, minuman, pakaian, tidur,
buang air kecil dan besar, seks, dan lain sebagainya.Namun kebanyakan manusia
selalu merasa tidak puas dengan jasmaninya yang telah di beri oleh Allah yang
bisanya berdampak kepada kesehatan manusia itu sendiri jika mereka salah
merawat dirinya sehingga jasmani tersebut rusak.
Jasmani
mengalami enam tahapan evolusi yakni: pertama; nut`fah, kedua; alaqah, ketiga;
mut`gah, keempat; izam, kelima; lahm, dan keenam; peniupan roh. Tahapan ini
dialami oleh semua manusia termauk Adam. Adam bukanlah manusia pertama, namun
nabi pertama yang sama-sama mengalami evolusi jasmani seperti manusia yang lain
B.
RUHANI
Ruhani termasuk
komponen ke dua dalam diri manusia, beberapa pengertiannya ialah :
·
Ruh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga
dikategorikan sebagai Makhluk. Jadi ruh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah
itu sendiri.
·
Ruh adalah ciptaan dan milik Allah, yang
ditiup masuk oleh Allah ke dalam Jasad manusia. Bila manusia meninggal maka ruh
ini akan kembali ke Sang Pencipta.
·
Ruh adalah yang mampu merasakan
berbagai perasaan, seperti marah, suka takut, sedih, gembira, senang, sayang,
cinta, simpati, jijik, dengki, lega dan sebagainya.
·
Ruh adalah unsur paling halus dan suci,
bersih dan mulia yg kekal juga tidak dapat hancur
·
Ruh adalah kebalikan dari jasad atau
jasmani
·
Ruh adalah subtansi batin manusia
·
Ruh adalah kesempurnaan jasmani manusia
yang bersifat tinggi dan memiliki daya
·
Ruh adalah penggerak keberadaan jasad
yang mampu berpikir, mengetahui dan mengingat
Masalah ruh adalah masalah yang cukup rumit karena
Allah mengisyaratkan bahwa untuk mempelajarinya harus mempunyai kedalaman ilmu
tertentu. Ruh masuk pada tubuh manusia saat manusia siap menerimanya yaitu
ketika manusia di bulan ke-empat didalam rahim. Rohani manusia juga mengalami
enam tahapan evolusi, yaitu khusyu, wara (menjaga diri), pemenuhan zakat,
pengekangan syahwat, pemenuhan amanat, pemeliharaan shalat. Konsep evolusi
rohani ini berpuncak pada shalat yang manusia ingat total dengan sepenuh
cintanya kepada Allah.
C.
NAFSANI
Komponen selanjutnya dalam manusia yaitu nafsani,
yang merupakan penghubung antara jasmani dan ruhani,karena itu ia akan lebih
cenderung dan bersifat seperti jasmani tetapi disisilain dapat bersifat seperti
ruhani. Beberapa pengertian nafsani :
·
Nafsani adalah potensi dari Allah yang
diberi dua kecenderungan baik dan buruk yaitu ilham fujur dan ilham taqwa (Q.S.
Al-Syams-8)
·
Nafsani adalah subtansi psikofisik
manusia yang memiliki natur gabungan antara jasad dan ruh secara inheren
·
al-Nafs berarti totalitas diri manusia
Nafsani
sendiri terdapat beberapa komponen yang dapat menggerakan tingkah laku manusia
(membentuk kepribadian manusia),yaitu Jika al-Nafs dalam menghadapi syahwat
dengan tenang maka dijuluki al-Nafs al-Muthmainnah sebagaimana dalam al-Qur`an
“Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridlai ( Q.S. al-Fajr: 27-28)”.
Jika
al-Nafs dalam menghadapi syahwat dengan tidak tenang tapi lebih cenderung
mengikutinya maka diberi julukan al-Nafs al-Ammarah sebagaimana dalam al-Qur`an
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Yusuf 53)
Nafs
al-Nafs al-Ammarah bisa menjadi al-Nafs al-Muthmainnah manakala seseorang
terbebas dari akhlak yang tercela.
Jika
al-Nafs dalam menghadapi syahwat dengan setengah-setengah antara menolak dan
menerima tapi lebih cenderung mencela diri sendiri ketika melakukan syahwat
maka diberi julukan al-Nafs al-Lawwamah sebagaimana dalam al-Qur`an surat
al-Qiyamah ayat 2.Sebagian ulama mengatakan bahwa al-Nafsu al-Lawwamah termasuk
nafsu yang baik karena ia senantiasa mencela diri sendiri meskipun sudah
bersungguh – sungguh untuk melaksanakan ketaatan .
Selanjutnya, nafsani dilihat dari potensinya di bagi
menjadi tiga, yaitu :
·
al-Qalb
Menurut Al-Ghazali qalb mempunyai dua pengertian. Arti pertama adalah hati jasmani (al-Qalb al-jasmani) atau daging sanubari (al-lahm al-sanubari), yaitu daging khusus yang berbentuk jantung pisang yang terletak di dalam rongga dada sebelah kiri dan berisi darah hitam kental. Qalb dalam arti ini erat hubungannya dengan ilmu kedokteran, dan tidak banyak menyangkut maksud-maksud agama dan kemanusiaan, karena hewan dan orang mati pun mempunyai qalb. Sedangkan qalb dalam arti kedua adalah sebagai luthf rabbani ruhiy. al-Qalb merupakan alat untuk mengetahui hakikat sesuatu.
Lapisan Qalb yang terluar disebut al-shadr yang merupakan tempat masuknya godaan penyakit, unek- unek , syahwat, dan segala kebutuhan. al-Shadr itu bisa lapang dan bisa sempit. Ia juga sekaligus munculnya cahaya Islam. Ia juga tempat menyimpan ilmu yang bersumber dari pendengaran. Sifat-sifatnya adalah insyirah dan dlaiq ( QS. 3 : 154. QS: 11 : 12 QS: 15 : 97 QS: 26 : 12-13 )
Kadar kebodohan dan kemarahan, dada seseorang menjadi sempit. Dan tidak ada batas kelapangannya. Jika al-shadr sempit dengan kebenaran maka penuh dengan kebatilan
Lapisan Qalb yang kedua disebut al-qalb. Ia sebagai sumber cahaya keimanan, khusu’, taqwa, ridla, yakin, khauf, raja`, sabar, qanaah. Al-qalb ibarat raja dan nafs adalah kerajaan. Sifat-sifatnya a’ma ( QS. 22 :46 ) Lapisan Qalb yang ketiga adalah al-Fuad yang merupakan tempat ma’rifat, bersitan (khawatir) dan penglihatan ( al-ru`yah ) Lapisan qalb yang keempat adalah al-lub yang merupakan tempat cahaya tauhid
Menurut Al-Ghazali qalb mempunyai dua pengertian. Arti pertama adalah hati jasmani (al-Qalb al-jasmani) atau daging sanubari (al-lahm al-sanubari), yaitu daging khusus yang berbentuk jantung pisang yang terletak di dalam rongga dada sebelah kiri dan berisi darah hitam kental. Qalb dalam arti ini erat hubungannya dengan ilmu kedokteran, dan tidak banyak menyangkut maksud-maksud agama dan kemanusiaan, karena hewan dan orang mati pun mempunyai qalb. Sedangkan qalb dalam arti kedua adalah sebagai luthf rabbani ruhiy. al-Qalb merupakan alat untuk mengetahui hakikat sesuatu.
Lapisan Qalb yang terluar disebut al-shadr yang merupakan tempat masuknya godaan penyakit, unek- unek , syahwat, dan segala kebutuhan. al-Shadr itu bisa lapang dan bisa sempit. Ia juga sekaligus munculnya cahaya Islam. Ia juga tempat menyimpan ilmu yang bersumber dari pendengaran. Sifat-sifatnya adalah insyirah dan dlaiq ( QS. 3 : 154. QS: 11 : 12 QS: 15 : 97 QS: 26 : 12-13 )
Kadar kebodohan dan kemarahan, dada seseorang menjadi sempit. Dan tidak ada batas kelapangannya. Jika al-shadr sempit dengan kebenaran maka penuh dengan kebatilan
Lapisan Qalb yang kedua disebut al-qalb. Ia sebagai sumber cahaya keimanan, khusu’, taqwa, ridla, yakin, khauf, raja`, sabar, qanaah. Al-qalb ibarat raja dan nafs adalah kerajaan. Sifat-sifatnya a’ma ( QS. 22 :46 ) Lapisan Qalb yang ketiga adalah al-Fuad yang merupakan tempat ma’rifat, bersitan (khawatir) dan penglihatan ( al-ru`yah ) Lapisan qalb yang keempat adalah al-lub yang merupakan tempat cahaya tauhid
·
al-Aql
Ada
beberapa pengertian tentang aql. Pertama, aql adalah potensi yang siap menerima
pengetahuan teoritis. Kedua, aql adalah pengetahuan tentang kemungkinan sesuatu
yang mungkin dan kemuhalan sesuatu yang mustahil yang muncul pada anak usia
tamyiz, seperti pengetahuan bahwa dua itu lebih banyak dari pada satu dan
kemustahilan seseorang dalam waktu yang bersamaan berada di dua tempat.Ketiga,
aql adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empirik dalam berbagai
kondisi. Keempat ,aql adalah potensi untuk mengetahui akibat sesuatu dan
memukul syahwat yang mendorong pada kelezatan sesaat.
Dengan
demikian orang yang berakal adalah orang yang didalam melalukan perbuatan atau
tidak melakukan perbuatan didasarkan pada akibat yang akan muncul bukan
didasarkan pada syahwat yang mendatangkan kelezatan sesaat. Aql yang pertama
dan kedua merupakan bawaan sedangkan aql yang ketiga dan keempat merupakan
usaha.
Di
dalam al-Qur`an, kata aql dalam bentuk kata benda tidak ditemukan yang
ditemukan di dalam al-Qur`an adalah kata kerjanya yakni ya’qilun, ta’qilun dan
seterusnya. Aqala ( fi’il Madli, kata kerja lampau) berarti menahan atau
mengikat. Dengan demikian al-A’qil (isim fail) berarti orang yang menahan atau
mengikat hawa nafsunya sehingga nafsunya terkendali karena diikat atau ditahan.
Sedangkan orang yang tidak mempunyai aql tidak mengikat nafsunya sehingga
nafsunya liar tak terkendali.
·
Al-Nafs (dalam arti : Nafsu)
Menurut
al-Ghazali nafsu diartikan “Perpaduan kekuatan marah (gadlab) dan syahwat dalam
diri manusia”. Kekuatan ghadlab pada awalnya tentu untuk sesuatu yang positif
seperti untuk mempertahankan diri, mempertahankan agama dan sebagainya. Dengan
adanya ghdlab itulah jihad diperintahkan dan kehormatan diri terjaga. Dengan
kekuatan marah seorang wanita menolak untuk dinodahi agama dan kehormatannya.
Dengan kekuatan marah seseorang dapat menumpas kedhaliman dan sebagainya. Namun
ketika gadlab tidak terkendali maka yang terjadi adalah kehancuran dan akhlak
tercela. Demikian juga dengan syahwat (syahwat sek) perkembangbiakan manusia
tetap berjalan, perpaduan antara pria dan wanita yang membentuk satu keluarga
bisa terjadi sehingga akan terbentuk komunitas sosial. Dengan syahwat (makan
dan minum), muamalah mencari rejeki dapat berjalan. Bisa dibayangkan seandainya
tidak ada syahwat makan, minum dan sebagainya tentu roda perekonomian tidak
mungkin berjalan. Namun bila syahwat tidak dikendalikan maka yang terjadi
adalah kehancuran dan akhlak tercela.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Isep Zainal, Bimbingan Penyuluhan Islam, Jakarta : Razawali Pers, 2009.
·
psikologi.uin-malang.ac.id/PSIKOLOGI_UIN/download1.php
·
http://tarbiyatuna.wordpress.com/2007/02/13/tiga-unsur-manusia-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar